GUNUNGKIDUL TAHUN INI KEKERINGAN SEMAKIN PARAH

21 Oktober 2019 08:16:07 WIB

SIDASAMEKTA KEPEK - Kekeringan yang melanda Kabupaten Gunungkidul kian parah. Sumber mata airpun kian berkurang debitnya, pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tak menjangkau seluruh masyarakat Gunungkidul. Satu-satunya cara yang masih diharapkan oleh warga Gunungkidul adalah dari droping air bersih baik dari pemerintah maupun pihak swasta yang peduli dengan kondisi masyarakat. Namun karena permintaan dropping air cukup banyak, maka masyarakat harus mengantri cukup lama untuk mendapat pasokan air bersih melalui mobil-mobil tanki tersebut. Antrian bertambah panjang karena sumber air yang biasa diambil untuk droping air juga berkurang jumlahnya. Debit dari sumber air juga menyusut drastis sehingga terkadang membuat warga sekitar tidak mengijinkan truk tanki mengambil air.

Seperti yang diungkapkan oleh Ningsih, warga Padukuhan Gubar, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari Gunungkidul. Dusun tersebut mendapat amanah bantuan air bersih sebanyak 15 tanki dari BUMN yang perduli dengan kekeringan. Namun meskipun sudah sepekan lebih sejak pengiriman tangki air pertama, kuota 15 tangki ukuran 5.000 liter belum juga terpenuhi.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Andi, warga Padukuhan Kerjan Desa Beji Kecamatan Patuk. Di dusunnya menerima bantuan droping air bersih sebanyak 5 tangki. Namun pengirimannya belum tahu kapan akan dilaksanakan karena memang harus antri dengan yang lain. Tak hanya itu, harganyapun sekarang naik dibanding dengan pekan yang lalu. Pemilik mobil tanki asal Desa Karangtengah, Titik mengaku memang kesulitan memenuhi permintaan untuk droping air yang kini kian banyak jumlahnya. Di samping karena kebutuhan masyarakat kian meningkat, kini semakin banyak donatur yang menyumbang air bersih ke masyarakat sehingga untuk memenuhinya memang harus menunggu daftar antrian. Tak hanya itu, kondisi sumber mata air yang biasa tempat mengambil air juga sudah menyusut. Di mana biasanya masyarakat sekitar juga sudah membatasi jumlah tanki air yang mengambilnya. Bahkan ada sumber mata air yang sudah ditutup dan tidak diperkenankan diambil airnya karena debitnya menipis. Warga Gunungasem, Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk Mujib mengakui, kemarau kali ini memang cukup panjang. Di mana datangnya kemarau lebih awal dan berakhirnya juga lebih akhir dibanding dengan wilayah lain. Seingat dirinya, hujan terakhir yang ia alami adalah tanggal 5 Maret 2019 lalu dan sampai sekarang juga tak kunjung hujan. (kumparan)

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Terjemahan

Polling Web Kepek

Bagaimana menurut anda informasi dari website Kepek?
Sangat memuaskan, Lanjutkan
Memuaskan Saja
Memuaskan, Tingkatkan
Tidak Memuaskan
Create free online surveys

wa